Untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya, kita
perlu memahami prinsip-prinsip komunikasi. Seorang pakar komunikasi bernama
Devito pada tahun 1997 mengemukakan delapan prinsip komunikasi yaitu :
komunikasi adalah paket isyarat, komunikasi adalah proses penyesuaian,
komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan, komunikasi melibatkan transaksi
simetris dan komplementer, rangkaian komunikasi dipunktuasi, komunikasi adalah
proses transaksional, komunikasi tak terhindarkan dan komunikasi bersifat tak
reversible. Devito dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia menjelaskan kedelapan
prinsip tersebut sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah paket isyarat.
Perilaku komunikasi, apakah melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh atau kombinasi keduanya biasanya terjadi dalam ‘paket’
2.
Komunikasi adalah proses penyesuaian.
Komunikasi
hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan system isyarat yang
sama. Kita tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain kita system bahasanya
berbeda. Namun kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan system
isyarat yang sama persis. Oleh karena itu sebagian dari seni komunikasi adalah
mengidentifikasi isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat tersebut
digunakan dan memahami apa artinya
3.
Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan.
Komunikasi menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar. Sebagai
contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang
saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi dan aspek
hubungan. Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan yaitu
bahwan menemui atasan setelah rapat sedangkan aspek hubungan menunjukkan
bagaimana komunikasi dilakukan. Kalimat perintah yang sederhana menunjukkan
perbedaan status diantara keduanya.
4.
Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer
Dalam hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku
lainnya. Ketika satu orang tersenyum, maka satu orang lainnya akan tersenyum.
Sedangkan dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang
berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplenter
yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara keduanya
dimaksimumkan, orang menempati posisi yang berbeda; satu sebagai atasan, yang
lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif.
5.
Rangkaian komunikasi dipunktuasi
Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal
dan tidak ada akhir yang jelas. Kita dapat membagi proses kontinyu dan berputar
ini ke dalam sebab akibat atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita
mensegmentasikan kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih
kecil. Istilah bagi kecenderungan untuk membagi berbagai transaksi komunikasi
dalam rangkaian stimulus dan respon disebut sebagai punktuasi (punctuation).
6.
Komunikasi adalah proses transaksional
Transaksi yang dimaksud adalah bahwa komunikasi merupakan suatu proses,
bahwa komponen-komponenya saling terkait, dan para komunikatornya beraksi dan
bereaksi sebagai satu kesatuan atau keseluruhan.
7.
Komunikasi tak terhindarkan
Selama ini mungkin kita menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara
sengaja, bertujuan dan termotivasi secara sadar. Namun seringkali pula
komunikasi terjadi meskipun seorang sama sekali tidak merasa ingin
berkomunikasi. Ketika kita duduk melamun, mungkin kita merasa bahwa kita tidak
berkomunikasi, namun bagi orang lain yang melihat akan menafsirkan perilaku
kita. Setiap perilaku kita mempunyai potensi untuk ditafsirkan
8.
Komunikasi bersifat tak reversible
Sekali kita mengkomunikasikan sesuatu maka kita tidak bisa tidak
mengkomunikasikannya. Kita hanya dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan
yang sudah terlanjur disampaikan. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam
mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali.
bagus mas bro..terus berkarya majukan indonesia.mari bergabung bersama www.asetcerdasproperti.blogspot.com .tks
BalasHapus