Minggu, 01 Desember 2013

OBJEK FILSAFAT ISLAM

06.01 Posted by luthfilaziman93@blogspot.com No comments


“Objek filsafat itu bukan main luasnya” tulis Lois Katt Soff, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui  manusia[1]. Oleh karena itu, manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung unntuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada menurut akal pikirannya. Jadi, objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam dalamnya[2].
           

Objek filsafat ada dua, yaitu objek materia  dan objek forma. Berkenaan dengan objek material ini, banyak yang sama dengan objek material sains. Sains memiliki objek material yang empiris, melainkan bagia yang abstrak. Adapun objek forma filsafat tiada lain adalah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).[3]
Secara lebih rinci , Endang Saifuddin Anshari menjelaskan bahwa pokok objek filsafat terdiri dari :
1.      Objek material filsafat dapat dibagi atas tiga persoalan pokok:
b.      Hakikat Tuhan;
c.       Hakikat Alam; dan
d.       Hakikat Manusia.
2.      Objek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang ada)[4]
Dalam buku Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu karya Hamzah Ya’qub dikatakan bahawa objek filsafat ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang:
1.      Ada Umum, yakni menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Eropa, ada umum ini disebut ”ontologia”yang berasal dari perkataan Yunani “onontos”yang berarti “ada” dan mungkin “lenyap sewaktu waktu” pada suatu masa.
2.      Ada mutlak, sesuatu yang da secara mutlak,yakni zat yang wajib adanya,tidak tergantung pada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan. Ia harus terus menerus ada karena adanya yang pasti . ia merupakan asal adanya segala sesuatu. Ini disebut orang ”tuhan” dalam bahasa yunani disebut “Theodicea”  dan dalam bahasa Arab disebut “Ilah” atau “Allah”.
3.      Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakikat alam yang dipelajari, apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam ialah tidak mutlak. Alam dan isinya ada karena dimungkinkan Allah. “Ada tidak mutlak", mungkin “ada” damn mungkin “lenyap sewaktu-waktu” pada suatu masa.
4.      Antropologia (filsafat manusia), karena manusia termasuk “ada yang tidak mutlak” dapat juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya,apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindaknya? Semua ini diselidiki dan dibahasa dalam anrtopologia
5.      Etika: filsafat yang diselidiki tingkah laku manusia. Netapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan makhluk lain.

6.      Filsatat: filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah akal yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang Logika, semua penyelidikan tidak mepunyai kekuatan dasar. Tegasnya, tanpa akal budi takkan ada penyelidikan. Oleh karena itu, dipersoalkan adakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran?Dengan segera timbul pula soal,apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia.

Dengan demikian, pnyelidikan tentang akal budi itu disebut filsafat akal budi atau logika.
Penyelidikan tentang bahan dan aturan berfikir disebut logika minor, adapun apa yang menyelidiki isi berfikir disebut logika mayor, Filsafat akal budi ini disebut epistimologi da nada pula yang menyebut kritik, sebab akal yang menyelidiki akal[5].
Adapun objek filsafat islam ialah kajian islam dalam tema besar adalah Tuhan,alam, manusia dan kebudayaan. Tema besar itu hendaknya dapat dijabarkan lebih spesifik sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat ditarik benang merah dari perkembangan sejarah pemikiran kefilsafatan yang hingga sekarang, setiap zaman mempunyai semangat sendiri-sendiri.
Objek filsfat dalam versi ahli ushulu fiqh sebagaimana dikutip Faturahman jamil membagi filsafat islam pada dua rumusan, yaitu  falsafah tasyri dan falsafat syariah[6].

§  Falsafah tasyri, Filsafat yang memancarakan hokum islam atau menguatkannya dan memeliharanya. Filsafat ini bertugas membicarakan hakikat dan tujuan penetapan hokum islam. Filsafat tasyri terbagi pada:
a.      Dasar Hukum Islam (Da’aim al-ahkam)
b.      Prnsip-Prinsip hokum Islam (Mabadi Al-Ahkam)
c.       Pokok-pokok islam (ushul Al-Ahkam) atau sumber-sumber hukum islam (Mashadir Al-Ahkam)
d.      Tujuan-tujuan hokum islam (Maqashid Al-Ahkam)
e.      Kaidah-Kaidah hokum islam (Qawa’id Al-Ahkam)
§  Falsafah syariah. Filsafat yang diungkapkan dari materi-materihukum Islam seperti ibadah,muamalah,jinyah,’uqbah,dan sebagainya. Filsafat ini bertugas membicarakan hakikat dan rahasia hukum islam. Termasuk dalam pembagia falsafah Syariah adalah:
a.      Rahasia-rahasia bukan islam (Asrar Al-Ahkam)
b.      Ciri-ciri khas hokum islam (khasha’is Al-Ahkam)
c.       Keutamaan-keutamaan hokum islam (Mahasin Al-Ahkam)
d.      Karakteristik hukum islam (Thawabi’ Al-Ahkam)
Dengan demikian, dapat dikatakan objek filsafat itu sama dengan objek ilmu pengetahuan bila ditinjau secara material dan berbeda bilasecara forma.
 Adapun objekkajian filsafat islam itu sendiri mencakup Tuhan, alam, dan manusia yang bersumber kepada Al-Qur’an,Al-Hadits,dan akal.
Lebih jelas lagi, menarik untuk dikutip disini pandangan C.A. Qadir, bahwa objek kajian filsafat Islam, antara lain sebagai berikut.
1.      Masalah doktrin monoteisme atau keesaan Allah. Menurut doktrin ini, Allah menciptakan alam semesta yang tidak berawal (qadim), tidak berakhir (qada), tidak berubah,Mahatahu,Mahakuasa,satu-satunya yang disembah – Ringkasannya,Allah maha satu,yang tiada tandingannya dan yang unik. Karena tidak ada yang menyerupainya dalam kodrat atau sifat-sifatnya,dosa terbesar yang tidak mungkin diampuni adalah penyekutuan terhadap Allah (Syirik). Semua filusuf muslim berpandangan bahwa monoteisme (tauhid) merupakan doktrin sentral dari system pemikiran mereka, dan tidak disangsikan lagi, hali itu diilhami oleh Al-Quran, dan merupakan doktrin Islam yang spesifik.
2.       Masalah yang sangat penting adalah menyangkut kenabian (nubuwah) yang mencakup pembahasan mengenai sifat dasar dan ciri-ciri nubuwah, perbedaan dan kemiripannya dengan kesadaran mistik, logika atau kesahihan kesadaran keagamaan, dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.
3.      Masalah penyelarasan antara filsafat dan Agama, para filusuf berpendapat bahwa pada tingkat terakhir hasil pemikiran filsafat tidak mingkin bertentangan dengan agama karena kedua-duanya bersumber pada hakikat terakhir yang sama, dan apabila aada ketidakserasian, dipelukan refleksi yang lebih mendalam ata tafsiran baru. Apabila kontradiksinya yang tidak dihilangka juga, timbul peebedaan tentang apakah akala pikiran atau imam yang harus diutamakan[7]

Akan tetapi, pengkajian objek bisa meluas dan mendalam sehingga objeknya bisa ditambah. Hal itu karena bahwa dibelakang objek ilmu-ilmu positif yang diperoleh dengan penelitian dan pengujian, dan yang bertujuan mengenal sejumlah perkara tertentu, terdapat persoalan-persoalan yang lebih umum dan lebih jauh,dan hanya bisa ditanggulangi dengan akal pikiran semata-mata. Persoalan-persoalan itulah yang membentuk filsafat. Misalnya: dari apa benda pada ummumnya ini tersusun? Bagaimana suatu benda bisa berubah menjadi lainnya, seperti perubahan oksigen dan hidrogen menjadi  air,atau roti dan daging menjadi badana manusia dan hewan. Bagaimana kita menafsirkan gerakan , sedangkan gerakan ini merupakan gejala umum pada alam? Apakah tempat itu, yaitu yang ditempati benda dan berlangsung pula pergerakan di dalamnya? Apakah zaman itu, yang menjadi ukuran gerakan dan ukuran wujud semua perkara? Apakah perbedaan antara makhluk hidup dan tidak hidup? Apakah ciri-ciri khas tiap-tiap makhluk hidup? Apakah antara makhluk-mkhluk hidup terdapat perbedaan susunan semata-mata? Apakah jiwa itu, kalau sekiranya ada jiwa?
Apakah jiwa manusia abadi ataukah musnah?

Masih ada pertanyaan lain yang tidak termasuk dalam salah satu ilmu nyat(biasa), dan metode-metode itu pun tidak berguna bagi perkara-perkara yang ditanyakan. Persoalan-persoalan tersebut membentuk ilmu perkara yang ditanyakan. Persoalan-persoalan tersebut membentuk ilmu “fisika” model tertentu,dan dari sini, kita meningkat pada ilmu yang lebih umum ialah ilmu “metafisika”, yang membahas wujud pada umumnya, tentang sebab wujud, sifat zat yang mengadakan. Dari sini, kita bisa menjawab pertanyaan,”apakah alam semesta ini terwujud dengan sendirinya ataukah ia mempunyai sebab yang tida Nampak?”[8]
Demikian, objek kajian filsafat islam yang memiliki ciri khas tersendiri meskipun tidak bisa dihindari keterpengaruhan dari filsafat Yunani dalam mengkaji objek..


[1] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, filsafa, dan agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1991), cet.ke-9, hlm 84
[2] Pernyataan ini dapat dilihat dari pandangan Juhaya S. Praja bahwa Objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak terbatas. Inilah yang disebut objek material filsafat. Kalau demikian , apakah yang membedakan antara filsafat dari ilmu pengetahuan lainnya? Jawabannya tidak ada perbedaan objek filsafat dari pengetahuan lainnya,kalau objek filsafat yang dimaksud adalah objek materianya. Sebab, ilmu pengetahuan pun mempunyai objek material yang sama dengan filsafat, yaitu segala ayng ada dan mungkin ada. Ilmu pengetahuan bebas dan tidak terikat untuk menentukan objek penyelidikannya, dan sampai saat ini, belum ada pembatasan dalam objek ilmu tersebut (objek materianya). Filsafat, bias kita bedakan dengan ilmu pengetahuan lainnya dari segi sifat penyelidikannya. Filsafat memiliki sifat mandalam dalam meyeliki sesuatu, sedangkan objek penyelidikan ilmu pengetahuan hanya terbatas pada suatu yang bisa diselidiki saja secara ilmiah saja, dan jika sudah tidak dapat diselidiki, ilmu pengetahuan akan terhenti sampai di situ. Akan tetapi, penyelidikan filsafat tidaklah demikian, filsafat akan terus bekerja hingga permasalahannya dapat ditemukan sampai akar-akarnya, lihat Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Bandung: Yayasan Piara, 1997),hlm. 12 (buku ini telah ditebitkan oleh Prenda,Jakarta,2007).
[3] Ahmad tafsir, Filsafat Umum…., Ibid, hlm. 18-19.
[4] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat, dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1991), Cet.ke-9, hlm. 87.
[5] Hamzah Ya’qub, FilsafatAgama: Titik Temu Akal dengan Wahyu, (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1992)cet. Ke-1,hlm. 7-8
[6] Faturrahman Djamil, op.cit., hlm. 15.
[7] M. Yusuf Musa,Al-Quran dan Filsafat, penuntun Mempelajari Filsafat Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), Cetakan pertama,hlm 79.
[8] Ahmad Hanafi, pengantar Filsafat….,Ibid, hlm. 5.

0 komentar:

Posting Komentar