Sejarah tumbuhnya filsafat telah
melahirkan beberapa ta’rif atau definisi mengenai pengetahuan ini. Jarang
definisi itu disusun terlepas daripada keyakinan atau cara berfikir orang yang
membuatnya. Sebagaimana dalam memberikan difinisi ilmu-ilmu lain, dalam ilmu
filsafat-pun kita dapati definisi-definisi yang beraneka ragam, yang satu sama
lain berdeda menurut apa yang diutamakan oleh penciptanya. Pengaruh keyakinan
hidup seseorang ahli filsafat, begitu yang keadaaan ia beragama, percaya kepada
konsepsi ke-Tuhanan sebagai yang tersebut dalam agama atau tidak, selalu
tarsalurkan ke dalam kata-kata yang digunakan untuk meringkaskan pengertian
filsafat ilmu.
Al-kindi ; yang mempelajari dengan
mendalam filsafat Aristoteles pada hari-hari pertama kemajuan Islam dalaam masa
pemerintahan khalifah Al-Mu’tashim Billah, mengambil kesimpulan, bahwa yang
maujud hakiki itu tidak lain daripada satu-tunggal, yaitu Allah dengan tidak
lain sebagai serikatnya. Kita lihat, bahwa Al-kindi meluruskan serta
menjelaskan keyakinan Aristoteles, sehingga pahamnya lebih mendekati paham Plato dengan pendirian, bahwa Allah adalah pencipta
pertama dari segala yang maujud. Al-kindi adalah orang yang pertama dapat
mendekatkan paham filsafat dengan keyakinan agama. Sayang Al-kindi tidak lebih
dahulu dikenal dari al farabi dalam sejarah perkembangan filsafat ke-tuhanan,
sehingga kedudukan Farabi disebut
sesudah Aristoteles. Al-kindi sebagaimana disebut oleh T.J. de Boer dalam
“Tarikhul Filsafat fil Islam” (terjemah ke dalam bahasa Arab darpada kitabnya
dalam bahasa belanddaa” De Geschiedenis van de Wijsbeggeerrte in den islam”
oleh Muhammad Abdul Hadi Abu Ridah , Cairo, 1948), bahwa Al-kindi lahir pada permulaan abad ke IX M.(akhir abad
ke-11 H) di kufah,dan menurut Massignon dalam sebuah catatannya dalam kitab De
Boer tsb. Al-Kindi itu meninggal tahun 246H. (860 M).
Dengan demikianlah daulah yang lebih
dahulu membahas filsafat dalam islam dari pada al farabi, yang hidup antara
870-950 M. Al Farabi menempuh jalan yang sudah dirintis oleh Al kkindi, karena
itu biasanya lebih memudahkan untuk menciptakan sesuatu definisi yang lebih
umum dan sempurna. Al-Faarabi berkata : “Filsafat itu ialah ilmu pengetahun
tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya”.
Dr. A. Vloemans mengemukakan beberapa
banyak definisi mengenai filsafat dalam kitabnya ”Voorbereiding tot de
Wijsbereetge” Den Haag, 1948), di antaranya pendapat Cicero (106-43 sebelum masehi), yang memberikan definisi :
filsafat itu adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan tentang
usaha mencapai yang tersebut, pada tempat yang lain dikatakannya, bahwa
filsafat itu adalah induk dari segala ilmu-pengetahuan, sesuatu yang diciptakan
tuhan. Sementara Epicirus, yang tidak percaya adanya tuhan, menerangkan bahwa
filsafat itu adalah sesuatu tujuan yang dipimpin oleh akal, untuk mencapai
kebahagiaan manusia, yang akan digunakan untuk hidup manusia itu
Jadi hampir
semua definisi bergantung kepada cara orang berfikir mengenai filsafat itu.
0 komentar:
Posting Komentar